Kamis, 23 November 2017

for the highest population of the world: Judgemental Pricks

Belakangan ini aku sempat berpikir untuk tidak mempedulikan apa kata orang.
Persetan dengan mereka. ini hidupku.
Namun inilah aku yang mudah terombang-ambing.
seorang temanku berkata bahwa di industri ini kita tidak bisa hanya mengandalkan ego sendiri.
"Kan mereka yang ngelihat karya lo."
that's right. and i'm actually mad of that.
I try not to care.

Aku pernah menjadi pribadi yang sangat memikirkan apa kata mereka.
I try to please everybody. Which means wasting my time. It won't happen.
So for the past half year, I try to please myself.
I work until the end of my sweat, I please myself for that. And I am satisfied.
But they're not.

They underestimate me.
It tickles my heart, my mind.
Dia berkata, "mungkin karena emang sifat lo yg tergolong humble dan kind-hearted. mereka jadi kurang menganggap karya lo."
oh? wtf.

I'm not kind.
Maybe it's just me trying to please myself without hurting anybody.
I keep the thorns inside, so it won't hurt anybody.
But I'm bleeding inside.
stupid bitch.
I should take out that thorns for some special guests.

by the way,
Selama ini aku berusaha untuk tidak membedakan orang,
untuk merasa setara dengan semua orang.

Tapi ternyata itu disalah gunakan menjadi bumerang pengecilan diri.

dan sesungguhnya
Aku telah membuat tembok penghalang.
cukup tinggi untuk dilihat oleh orang berhati sama denganku.
Mereka yang tahu memperlakukanku dengan lembut hati, tahu ada batas yang tak seharusnya dilanggar.
Namun kamu yang merasa tinggi dan melihat dari atas, tidak tahu adanya tembok itu dan melangkah masuk saja seolah bagianku adalah bagianmu.
Lalu menilaiku semaumu dari ujung batang hidungmu.

"in the world where you can be anything,
be kind (to those who deserves your kindness)."
note that, myself!

Senin, 21 Agustus 2017

Minggu

Bagi sebagian besar orang, hari Minggu adalah hari terbaik.
Di hari ini, mereka bisa menghabiskan waktu dengan yang terkasih,
beristirahat seharian, ataupun beribadah, mengucap syukur atas yang maha kuasa.
Namun apa jadinya bila hari Minggu yang tadinya indah itu
menjadi kenangan buruk.
Seperti batu jade yang jatuh dan terbelah dua.
Batu Jade yang seharusnya indah dan bisa dinikmati, sekarang hancur dan bikin kesal si empunya-nya.

Bagaimana jika seorang yang rajin beribadah
justru menyakiti orang lain dengan ketaatan ibadahnya itu.
Yang pasti, Tuhannya tidak salah.
Perilaku manusia yang menyebut dirinya berimanlah yang salah.
Jadi, apakah ia tak punya iman?
Jika ia cinta pada Tuhan, seharusnya ia mencintai sesama.
Bukankah begitu hakikatnya?

Bagaimana jika hari Minggu menjadi hari terburuk seorang manusia,
hanya karena manusia lainnya yang mengaku dirinya lebih beriman dari yang lain?
Sungguh sial menjadi selembar hari Minggu.

Dilema

Aku seorang wanita. Pernah terpikir, apakah benar
Tuhan menciptakan manusia berpasangan?
Jika iya, mengapa ada manusia yang hidup tanpa kasih seorang pasangan hingga akhir hayatnya?
Aku hanyalah hamba penuh tanya yang tak akan pernah puas dengan apa yang dijawab-Nya.

Tapi Tuhan, aku tak tahu apa rasanya jatuh cinta.
Apakah tembok ini terlalu tebal?
Aku dan pemikiranku.

Kita semua hidup dalam stereotype-stereotype
tentang semua perbedaan yang mengelompokkan kita.
Aku tak berkata itu salah, justru itu indahnya keberagaman.
Namun untuk kehidupan pribadiku,
siapkah aku,
menerima keberagaman itu?
Jika aku siap,
siapkah aku
Untuk tidak memedulikan tanggapan mereka
yang selama ini telah menjadi cinta sejatiku,
sebelum aku bertemu dengannya?