Senin, 21 Agustus 2017

Minggu

Bagi sebagian besar orang, hari Minggu adalah hari terbaik.
Di hari ini, mereka bisa menghabiskan waktu dengan yang terkasih,
beristirahat seharian, ataupun beribadah, mengucap syukur atas yang maha kuasa.
Namun apa jadinya bila hari Minggu yang tadinya indah itu
menjadi kenangan buruk.
Seperti batu jade yang jatuh dan terbelah dua.
Batu Jade yang seharusnya indah dan bisa dinikmati, sekarang hancur dan bikin kesal si empunya-nya.

Bagaimana jika seorang yang rajin beribadah
justru menyakiti orang lain dengan ketaatan ibadahnya itu.
Yang pasti, Tuhannya tidak salah.
Perilaku manusia yang menyebut dirinya berimanlah yang salah.
Jadi, apakah ia tak punya iman?
Jika ia cinta pada Tuhan, seharusnya ia mencintai sesama.
Bukankah begitu hakikatnya?

Bagaimana jika hari Minggu menjadi hari terburuk seorang manusia,
hanya karena manusia lainnya yang mengaku dirinya lebih beriman dari yang lain?
Sungguh sial menjadi selembar hari Minggu.

Dilema

Aku seorang wanita. Pernah terpikir, apakah benar
Tuhan menciptakan manusia berpasangan?
Jika iya, mengapa ada manusia yang hidup tanpa kasih seorang pasangan hingga akhir hayatnya?
Aku hanyalah hamba penuh tanya yang tak akan pernah puas dengan apa yang dijawab-Nya.

Tapi Tuhan, aku tak tahu apa rasanya jatuh cinta.
Apakah tembok ini terlalu tebal?
Aku dan pemikiranku.

Kita semua hidup dalam stereotype-stereotype
tentang semua perbedaan yang mengelompokkan kita.
Aku tak berkata itu salah, justru itu indahnya keberagaman.
Namun untuk kehidupan pribadiku,
siapkah aku,
menerima keberagaman itu?
Jika aku siap,
siapkah aku
Untuk tidak memedulikan tanggapan mereka
yang selama ini telah menjadi cinta sejatiku,
sebelum aku bertemu dengannya?