“Eh jangan
deket-deket ntar jatuh cinta repot, beda agama.” Celoteh Mas Bowo saat dia
duduk di sebelahku. Aku sedang mengecek cuaca sore itu, menengok keluar ke arah
rintik hujan yang turun sementara ia perlahan menyematkan bokongnya di besi
pinggir jendela sebelahku. Saat itulah kita mulai dekat dijembatani oleh
kebosanan redaksi di kala sore. Celotehan Mas Bowo membuatku tersenyum masam.
Bukan, bukan karena aku tak suka dia, namun aku bingung harus berekspresi apa.
Aku pun tak berani mengecek raut wajahnya saat itu. Takut kecewa, renggutku
dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar